Woensdag 17 April 2013

PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM


PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM
Negara kita memiliki sumber daya alam yang berlimpah ruah.
Untuk apa kekayaan alam itu? Seharusnya kekayaan alam dimanfaatkan
untuk kemakmuran bersama. Yang dimaksud dengan kemakmuran
bersama adalah kemakmuran seluruh rakyat Indonesia. Hal ini
telah diatur di dalam UUD 1945 Bab XIV, Pasal 33 ayat (3). Bunyi ayat
ini sebagai berikut. “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung
di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesarbesarnya
kemakmuran rakyat.”
Bagaimana memanfaatkan kekayaan sumber daya alam? Contoh dalam kegiatan
Membajak sawah dan memanen udang di tambak.
Sumber daya alam apa yang dimanfaatkan dalam kegiatan itu?
Dalam kegiatan ini memanfaakan SDA. Membajak
tanah adalah salah satu kegiatan pertanian. Kegiatan itu memanfaakan
sumber daya alam, yaitu tanah. Usaha tambak udang juga
memanfaatkan sumber daya alam, yaitu air.

1. Memanfaakan sumber daya alam tanah
Tanah banyak sekali kegunaannya. Banyak kegiatan ekonomi
yang sangat tergantung pada tanah. Di antaranya kegiatan pertanian,
perkebunan, peternakan, dan industri berbahan baku tanah.

a. Usaha pertanian
Tanah air kita terkenal subur. Tanah yang subur sangat cocok untuk
usaha pertanian. Ada bermacam-macam pertanian. Misalnya pertanian
padi, ubi kayu (singkong), palawija, dan sayur-sayuran.
tanaman palawija adalah jagung, kedelai, kacang tanah, dan kacang
hijau. Contoh tanaman sayur-sayuran adalah kol, sawi, bayam, cabe,
terong, tomat, buncis, kangkung, labu siam, kacang panjang, dan
wortel.
Ada beberapa hasil pertanian yang diolah lebih lanjut. Contohnya
adalah jagung, kedelai, dan ubi kayu.
1) Jagung dapat diolah menjadi pakan ternak dan bermacam-macam
makanan kecil.
2) Kacang kedelai dapat diolah menjadi tahu, tempe, kecap, dan
susu.
3) Ubi kayu dapat diolah menjadi makanan ringan seperti keripik,
getuk, dan tepung tapioka.

b. Usaha perkebunan
Tanah yang subur juga baik untuk usaha perkebunan. Hasil perkebunan
Indonesia antara lain kelapa sawit, karet, kopi, cokelat, teh,
tebu, rosela dan kina.
Hasil perkebunan dapat diolah menjadi produk industri. Contohnya
sebagai berikut.
1. Kelapa sawit diolah menjadi minyak goreng dan margarin.
2. Kopi, cokelat, dan teh untuk bahan baku pembuatan minuman.
3. Cengkeh dan tembakau untuk bahan pembuatan rokok dan obatobatan.
4. Karet menjadi bahan baku untuk membuat ban.
5. Tebu mejadi bahan dasar pembuatan gula pasir.
6. Rosela menjadi bahan dasar membuat karung goni.
7. Kina digunakan sebagai bahan dasar pembuat obat malaria.

c. Usaha peternakan
Apa yang dihasilkan dari usaha peternakan? Produk-produk usaha
peternakan banyak sekali. Berikut ini di antaranya.
1. Sapi, kerbau, sapi, kambing, dan domba menghasilkan dagingnya
untuk dikonsumsi dan sumber protein hewani.
2. Ayam menghasilkan daging dan telur.
3. Ulat sutera menghasilkan bahan baku pembuatan kain sutera.


d. Usaha industri berbahan baku tanah
Banyak produk industri yang terbuat dari tanah. Contoh industri
dengan bahan baku tanah adalah industri genting, batu bata, dan
gerabah.


2. Memanfaakan sumber daya alam air
Apakah di lingkunganmu ada daerah perairan? Daerah perairan
itu misalanya sungai, danau, dan laut. Ternyata air merupakan sumber
daya alam yang sangat berguna. Bagaimana cara memanfaatkan
sumber daya alam air? Berikut ini di antaranya.
1. Menangkap ikan yang hidup di air secara alami. Usaha ini dilakukan
oleh para nelayan.
2. Membudidayakan rumput laut. Rumput laut menjadi bahan baku
makanan dan obat.
3. Memelihara ikan dan udang di kolam, empang, dan tambak.
4. Mengembangkan wisata air. Ada banyak jenis pariwisata air,
misalnya selancar, arum jeram, dan menyelam.
5. Menjadikan air sebagai sarana transportasi.
6. Membangun pembangkit listrik tenaga air (PLTA).
7. Membangun irigasi untuk usaha pertanian.

Contoh : Sungai Kapuas di Kalimantan Barat. Air bisa digunakan sebagai sarana transportasi.

3. Memanfaatkan sumber daya alam hutan
Banyak sekali manfaat hutan. Hutan menjadi penyaring udara.Hutan menahan erosi dan membantu peresapan air. Hutan menjadi tempat tinggal bermacam-macam hewan.
Hutan menghasilkan berbagai jenis kayu, bambu, dan rotan. Kayu bisa diolah menjadi bahan
bangunan, bahan mebel, dan kertas. Bambu dan rotan menjadi bahan baku mebel dan industri
kerajinan.

Contoh :  Barang-barang kerajinan tangan memanfaatkan hasil hutan.

4. Memanfaatkan hasil tambang
Hasil tambang diambil dari perut bumi digunakan untuk berbagai
keperluan. Berikut ini di antaranya.
a. Minyak bumi diolah menjadi avtur, bensol, kerosin, bensin, solar,
dan minyak tanah. Avtur digunakan sebagaibahan bakar
pesawat terbang. Bensin dan solar untuk bahan bakar kendaraan
bermotor. Minyak tanah menjadi bahan bakar kompor.
b. Bijih besi digunakan untuk bahan baku pembuatan mesin pabrik,
kendaraan bermotor, jembatan, campuran pisau dan gunting,
dan baja.

5. Persebaran Sumber Daya Alam di Lingkungan Setempat
a. Batu bara menjadi bahan bakar kereta api, kapal laut, dan pembangkit
listrik.
b. Bouksit untuk bahan baku aluminium. Alumunium dimanfaatkan
untuk membuat pesawat dan alat-alat rumah tangga.
c. Mangan untuk pembuatan besi baja.
d. Belerang untuk campuran obat.
e. Marmer untuk bahan bangunan rumah atau gedung.
f.  Emas dan perak untuk perhiasan, misalnya cincin, gelang, kalung,
anting, bros, dan sebagainya.

Woensdag 10 April 2013

PENCEMARAN MATAHARI

PENCEMARAN MATAHARI
A.                Ozon di Perkotaan : Baunya tidak sedap, menyakitkan mata dan mengurangi jarak pandang. Asap fotokimia merupakan masalah besar di wilayah perkotaan, termasuk di Indonesia. Siapakah biang keladi dibalik semua ini? Gas yang kita kenal dengan nama ozon.
Asap fotokimia terbentuk dari reaksi antara beberapa pencemaran udara dengan bantuan radiasi matahari. Bagaimanakah hal ini bisa terjadi? Knalpot mobil dan emisi industri mengeluarkan gas NOx (oksida nitrogen) dan VOC (volatile organic compounds) yang merupakan produk sampingan pembakaran bahan bakar minyak dan batu bara selain CO2 (karbon dioksida). Dibawah terik sinar matahari, NOx dan VOC terurai dan bereaksi secara kimiawi membentuk O3(ozon). Gas ini tidak stabil dan sangat reaktif terhadap zat-zat lainnya.
Mengapa ozon bermasalah dan kenapa kita harus mengkhawatirkannya?

Sebenarnya ada manfaat dan kegunaan ozon. Di lapisan stratosfer (10-50 km dari permukaan bumi), ozon sangat bermanfaat karena dapat melindungi permukaan bumi dari sinar ultraviolet matahari yang berbahaya. Di lapisan troposfer yaitu lapisan atmosfir tempat kita tinggal, pencemaran udara akan menyebabkan peningkatan konsentrasi ozon. Pajanan ozon dengan konsentrasi tinggi dalam waktu singkat dapat mengganggu fungsi paru-paru, sistem pernafasan, menimbullkan iritasi mata dan kerentanan terhadap alergi pernafasan. Sementara untuk waktu yang lama, ozon terbukti dapat mengurangi fungsi paru-paru dan menurut laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO), konsentrasi ozon yang tinggi (120 μg/m3) selam 8 jam atau lebih dapat menyebabkan serangan jantung dan kematian.

Kerugian yang ditimbulkan ozon tidak hanya berdampak terhadap manusia. Ozon juga menyebabkan kerugian ekonomi akibat ausnya bahan atau material bangunan seperti tekstil, karet, kayu, logam, cat; penurunan hasil pertanian dan kerusakan ekosistem. Ozon juga diketahui menghambat pertumbuhan tanaman padi dan mengurangi hasil produksi pertanian.


Pencemaran ozon di Indonesia
Di Indonesia, pencemaran ozon juga merupakan masalah yang serius. Sebagai negara yang dilewati garis katulistiwa, Indonesia mendapatkan sinar matahari yang berlimpah sekitar 10 -12 jam per hari. Intensitas sinar matahari ini memicu reaksi kimia yang dapat menyebabkan asap fotokimia. Celakanya, asap fotokimia ini dapat berpindah tempat hingga menjangkau daerah perdesaan, bahkan dapat menempuh jarak sejauh 150 km dari kawasan industri perkotaan tergantung pada arah dan kecepatan angin yang membawanya. Contohnya, konsentrasi ozon di Bandung Selatan seringkali lebih tinggi dibandingkan di pusat kota.


Bagaimana kita mengurangi ozon?
Mengatasi pencemaran ozon harus dilakukan dengan cara mengurangi gas-gas yang membentuk ozon, yaitu NOx dan VOC. Sumber utama NOx dan VOC adalah pembakaran bahan bakar pada mesin kendaraan bermotor dalam suhu tinggi. Mengurangi pencemaran udara dari kendaraan bermotor akan juga mengurangi pencemaran ozon yang berbahaya.












EFEK RUMAH KACA, PENYEBAB, DAMPAK DAN PENCEGAHANNYA
Efek rumah kaca, yang pertama kali diusulkan oleh Joseph Fourier pada 1824, merupakan proses pemanasan permukaan suatu benda langit terutama planet atau satelit yang disebabkan oleh komposisi dan keadaan atmosfernya.

Mars, Venus, dan benda langit beratmosfer lainnya seperti satelit alami Saturnus, Titan ternyata juga memiliki efek rumah kaca.  Efek rumah kaca dapat digunakan untuk menunjuk dua hal berbeda. Efek rumah kaca alami yang terjadi secara alami di bumi, dan efek rumah kaca ditingkatkan yang terjadi akibat aktivitas manusia. Yang belakang diterima oleh semua; yang pertama diterima kebanyakan oleh ilmuwan, meskipun ada beberapa perbedaan pendapat.

Matahari adalah sumber dari segala energi di bumi. Energi cahaya matahari dirubah menjadi energi yang dapat menghangatkan ketika mencapai permukaan bumi. Permukaan bumi akan menyerap sebagian panas matahari dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, CO2, dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkannya kembali ke permukaan bumi, sehingga panas dari gelombang radiasi tersebut tersimpan di permukaan bumi yang menyebabkan meningkatnya suhu rata-rata tahunan bumi.

Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh seluruh penghuni bumi. Karena tanpa adanya efek rumah kaca, suhu permukaan bumi akan sangat dingin. Suhu rata-rata planet bumi sudah meningkat sekitar 33°C menjadi 15°C dari suhu awal yang -18°C. Jika tidak ada efek rumah kaca ini maka permukaan bumi akan tertutup oleh lapisan es, namun jika berlebihan maka akan menyebabkan pemanasan global.




Penyebab

Ada tiga faktor utama tingginya emisi gas rumah kaca, yakni kerusakan hutan dan lahan, penggunaan energi yang tidak ramah lingkungan dan pembuangan limbah. Ini harus dikendalikan agar emisi gas rumah kaca bisa diturunkan.

Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya konsentrasi gas karbon dioksida (CO2) dan gas-gas lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini disebabkan oleh kenaikan pembakaran bahan bakar minyak, batu bara dan bahan bakar organik lainnya yang melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk menyerapnya.

Energi yang masuk ke Bumi 25% dipantulkan oleh awan atau partikel lain di atmosfer, 25% diserap awan dan 45% diserap permukaan bumi dan 5% dipantulkan kembali oleh permukaan bumi

Energi yang diserap dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi inframerah oleh awan dan permukaan bumi. Namun sebagian besar inframerah yang dipancarkan bumi tertahan oleh awan dan gas CO2 dan gas lainnya, untuk dikembalikan ke permukaan bumi. Dalam keadaan normal, efek rumah kaca diperlukan, dengan adanya efek rumah kaca perbedaan suhu antara siang dan malam di bumi tidak terlalu jauh berbeda.

Selain gas CO2, yang dapat menimbulkan efek rumah kaca adalah belerang dioksida, nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2) serta beberapa senyawa organik seperti gas metana dan klorofluorokarbon (CFC). Gas-gas tersebut memegang peranan penting dalam meningkatkan efek rumah kaca.

Gas rumah kaca

Gas rumah kaca adalah gas-gas yang ada di atmosfer yang menyebabkan efek rumah
kaca. Gas-gas tersebut sebenarnya muncul secara alami di lingkungan, tetapi dapat juga timbul akibat aktivitas manusia.
Gas rumah kaca yang paling banyak adalah uap air yang mencapai atmosfer akibat penguapan air dari laut, danau dan sungai. Karbondioksida adalah gas terbanyak kedua. Ia timbul dari berbagai proses alami seperti: letusan vulkanik; pernapasan hewan dan manusia (yang menghirup oksigen dan menghembuskan karbondioksida); dan pembakaran material organik (seperti tumbuhan).
Karbondioksida dapat berkurang karena terserap oleh lautan dan diserap tanaman untuk digunakan dalam proses fotosintesis. Fotosintesis memecah karbondioksida dan melepaskan oksigen ke atmosfer serta mengambil atom karbonnya.
Meningkatnya suhu permukaan bumi akan mengakibatkan adanya perubahan iklim yang sangat ekstrem di bumi. Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya hutan dan ekosistem lainnya, sehingga mengurangi kemampuannya untuk menyerap karbon dioksida di atmosfer. Pemanasan global mengakibatkan mencairnya gunung-gunung es di daerah kutub yang dapat menimbulkan naiknya permukaan air laut. Efek rumah kaca juga akan mengakibatkan meningkatnya suhu air laut sehingga air laut mengembang dan terjadi kenaikan permukaan laut yang mengakibatkan negara kepulauan akan mendapatkan pengaruh yang sangat besar.
  • Uap air Uap air adalah gas rumah kaca yang timbul secara alami dan bertanggungjawab terhadap sebagian besar dari efek rumah kaca. Konsentrasi uap air berfluktuasi secara regional, dan aktivitas manusia tidak secara langsung memengaruhi konsentrasi uap air kecuali pada skala lokal. Dalam model iklim, meningkatnya temperatur atmosfer yang disebabkan efek rumah kaca akibat gas-gas antropogenik akan menyebabkan meningkatnya kandungan uap air di troposfer, dengan kelembapan relatif yang agak konstan. Meningkatnya konsentrasi uap air mengakibatkan meningkatnya efek rumah kaca; yang mengakibatkan meningkatnya temperatur; dan kembali semakin meningkatkan jumlah uap air di atmosfer. Keadaan ini terus berkelanjutan sampai mencapai titik ekuilibrium (kesetimbangan). Oleh karena itu, uap air berperan sebagai umpan balik positif terhadap aksi yang dilakukan manusia yang melepaskan gas-gas rumah kaca seperti CO2[1]. Perubahan dalam jumlah uap air di udara juga berakibat secara tidak langsung melalui terbentuknya awan.
  • Karbondioksida Manusia telah meningkatkan jumlah karbondioksida yang dilepas ke atmosfer ketika mereka membakar bahan bakar fosil, limbah padat, dan kayu untuk menghangatkan bangunan, menggerakkan kendaraan dan menghasilkan listrik. Pada saat yang sama, jumlah pepohonan yang mampu menyerap karbondioksida semakin berkurang akibat perambahan hutan untuk diambil kayunya maupun untuk perluasan lahan pertanian.  Walaupun lautan dan proses alam lainnya mampu mengurangi karbondioksida di atmosfer, aktivitas manusia yang melepaskan karbondioksida ke udara jauh lebih cepat dari kemampuan alam untuk menguranginya. Pada tahun 1750, terdapat 281 molekul karbondioksida pada satu juta molekul udara (281 ppm). Pada Januari 2007, konsentrasi karbondioksida telah mencapai 383 ppm (peningkatan 36 persen). Jika prediksi saat ini benar, pada tahun 2100, karbondioksida akan mencapai konsentrasi 540 hingga 970 ppm. Estimasi yang lebih tinggi malah memperkirakan bahwa konsentrasinya akan meningkat tiga kali lipat bila dibandingkan masa sebelum revolusi industri.
  • Metana Metana yang merupakan komponen utama gas alam juga termasuk gas rumah kaca. Ia merupakan insulator yang efektif, mampu menangkap panas 20 kali lebih banyak bila dibandingkan karbondioksida. Metana dilepaskan selama produksi dan transportasi batu bara, gas alam, dan minyak bumi. Metana juga dihasilkan dari pembusukan limbah organik di tempat pembuangan sampah (landfill), bahkan dapat keluarkan oleh hewan-hewan tertentu, terutama sapi, sebagai produk samping dari pencernaan. Sejak permulaan revolusi industri pada pertengahan 1700-an, jumlah metana di atmosfer telah meningkat satu setengah kali lipat. Metan berasal dari gas alamiah, pertambangan batubara, kotoran hewan dan tumbuhan yang telah membusuk. Hal yang paling dikhawatirkan para ilmuwan adalah tumbuhan yang membusuk. Beberapa ribu tahun yang lalu, miliaran ton metan terbentuk dari pembusukan tumbuh-tumbuhan Arktik di Kutub Utara. Tumbuhan itu membusuk dan membeku di dasar laut. Saat kutub utara mulai menghangat, metan yang tersimpan di dasar laut itu dapat mempercepat pemanasan di kawasan itu.
  • Nitrogen Oksida Nitrogen oksida adalah gas insulator panas yang sangat kuat. Ia dihasilkan terutama dari pembakaran bahan bakar fosil dan oleh lahan pertanian. Ntrogen oksida dapat menangkap panas 300 kali lebih besar dari karbondioksida. Konsentrasi gas ini telah meningkat 16 persen bila dibandingkan masa pre-industri.
  • Gas lainnya Gas rumah kaca lainnya dihasilkan dari berbagai proses manufaktur. Campuran berflourinasi dihasilkan dari peleburan alumunium. Hidrofluorokarbon (HCFC-22) terbentuk selama manufaktur berbagai produk, termasuk busa untuk insulasi, perabotan (furniture), dan tempat duduk di kendaraan. Lemari pendingin di beberapa negara berkembang masih menggunakan klorofluorokarbon (CFC) sebagai media pendingin yang selain mampu menahan panas atmosfer juga mengurangi lapisan ozon (lapisan yang melindungi Bumi dari radiasi ultraviolet). Selama masa abad ke-20, gas-gas ini telah terakumulasi di atmosfer, tetapi sejak 1995, untuk mengikuti peraturan yang ditetapkan dalam Protokol Montreal tentang Substansi-substansi yang Menipiskan Lapisan Ozon, konsentrasi gas-gas ini mulai makin sedikit dilepas ke udara. Para ilmuan telah lama mengkhawatirkan tentang gas-gas yang dihasilkan dari proses manufaktur akan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Pada tahun 2000, para ilmuan mengidentifikasi bahan baru yang meningkat secara substansial di atmosfer. Bahan tersebut adalah trifluorometil sulfur pentafluorida. Konsentrasi gas ini di atmosfer meningkat dengan sangat cepat, yang walaupun masih tergolong langka di atmosfer tetapi gas ini mampu menangkap panas jauh lebih besar dari gas-gas rumah kaca yang telah dikenal sebelumnya. Hingga saat ini sumber industri penghasil gas ini masih belum teridentifikasi.
Selain karbon dioksida, ada dua gas lagi yang dikhawatirkan mempercepat pemanasan global lebih buruk lagi. Keduanya adalah metan dan nitrogen triflorida yang berasal dari tanaman purba dan teknologi layar flat-panel. Menurut para pengamat lingkungan, kedua gas tersebut menimbulkan efek rumah kaca seperti karbon dioksida. Bahkan, kedua gas tersebut memberi efek hampir sama dari yang disebabkan karbondioksida. Penelitian terbaru menunjukkan dalam beberapa tahun terakhir efek kedua gas tersebut semakin meningkat di luar perkiraan. Para pengamat cuaca juga terkejut dengan peningkatan tersebut.
Selama ini gas metan masih menjadi kekhawatiran terbesar setelah karbon dioksida. Pasalnya, gas tersebut dianggap sebagai gas efek rumah kaca kedua setelah karbon dioksida berdasar besarnya efek pemanasan yang dihasilkan dan jumlahnya di atmosfer. Gas metan menyumbang sepertiga dari efek karbondioksida terhadap pemanasan global.
Para ilmuwan telah berupaya untuk mempelajari bagaimana proses tersebut akan bermula. Saat ini data yang terkumpul masih berupa data awal, belum ada kesimpulan. Tetapi para ilmuwan tersebut mengatakan apa yang mereka lihat di awal ini adalah permulaan pelepasan metan di kutub utara.
Dalam delapan tahun terakhir kadar metan di atmosfer masih stabil yang diperkirakan setiap 40 menit oleh monitor pengawas dekat tebing di tepi laut. Tetapi pada 2006 hasilnya menunjukkan terjadinya peningkatan. Jumlah gas metan di udara melonjak dari sekitar 28 juta ton pada Juni 2006 hingga Oktober 2007. Saat ini jumlahnya sudah mencapai 5,6 miliar ton metan di udara. Jika hal ini terus terjadi, maka akan buruk efeknya. Saat kadar metan terus meningkat, tentunya akan mempercepat perubahan iklim. Di lain pihak, kadar nitrogen triflorida di udara diperkirakan meningkat empat kali lipat beberapa tahun terakhir dan 30 kali lipat sejak 1978. Namun, peningkatan tersebut hanya menyumbang 0,04 persen dari total efek pemanasan global yang disebabkan oleh karbondioksida. Gas ini biasanya digunakan sebagai semacam pembersih pada industri manufaktur televisi dan monitor komputer serta panel.
Nitrogen triflorida yang dihiting dengan skala bagian per triliun di udara selama ini memang dianggap ancaman tak berarti. Menurut profesor geofisika Ray Weiss di Lembaga Oseanografi, upaya awal untuk mengetahui jumlah gas tersebut di udara memang diremehkan mengingat jumlahnya yang tak terlalu besar.
Tetapi gas tersebut justru dikategorikan sebagai salah satu gas yang lebih berbahaya karena ratusan kali lebih kuat menyimpan panas daripada karbondioksida. Sedangkan metan hanya 20 kali lebih berbahaya dari karbondioksida per basis molekul. Karbondioksida masih menjadi gas yang paling berbahaya karena kadarnya yang sangat tinggi dan pertumbuhannya yang cepat.
Menurut penelitian sebuah survei di musim panas, menemukan kadar metan di Laut Siberia timur meningkat dari 10.000 kali lebih tinggi dari kadar normalnya. Peningkatan dua gas tersebut adalah fenomena baru.
Dampak
Menurut perhitungan simulasi, efek rumah kaca telah meningkatkan suhu rata-rata bumi 1-5 °C. Bila kecenderungan peningkatan gas rumah kaca tetap seperti sekarang akan menyebabkan peningkatan pemanasan global antara 1,5-4,5 °C sekitar tahun 2030. Dengan meningkatnya konsentrasi gas CO2 di atmosfer, maka akan semakin banyak gelombang panas yang dipantulkan dari permukaan bumi diserap atmosfer. Hal ini akan mengakibatkan suhu permukaan bumi menjadi meningkat.
Dunia telah kehilangan hampir 20 persen terumbu karangnya akibat emisi karbon dioksida. Laporan yang dirilis Global Coral Reef Monitoring Network ini merupakan upaya memberi tekanan atas peserta konferensi PBB mengenai iklim agar membuat kemajuan dalam memerangi kenaikan suhu global. Jika kecenderungan emisi karbon dioksida saat ini terus berlangsung, banyak terumbu karang mungkin akan hilang dalam waktu 20 sampai 40 tahun mendatang, dan ini akan memiliki konsekuensi bahaya bagi sebanyak 500 juta orang yang bergantung atas terumbu karang untuk memperoleh nafkah mereka. Jika tak ada perubahan, kita akan menyaksikan berlipatnya karbon dioksida di atmosfer dalam waktu kurang dari 50 tahun.
Karena karbon ini diserap, samudra akan menjadi lebih asam, yang secara serius merusak sangat banyak biota laut dari terumbu karang hingga kumpulan plankton dan dari udang besar hingga rumput laut. Saat ini, perubahan iklim dipandang sebagai ancaman terbesar bagi terumbu karang. Ancaman utama iklim, seperti naiknya temperatur permukaan air laut dan tingkatan keasaman air laut, bertambah besar oleh ancaman lain termasuk pengkapan ikan secara berlebihan, polusi dan spesies pendatang.

Pencegahan
Penanaman satu miliar pohon per tahun bisa menurunkan emisi gas rumah kaca, sehingga target 26 persen pada 2020 diharapkan bisa tercapai. Penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) sekitar 26 persen pada 2020 mendatang, antara lain melakukan upaya pengendalian kerusakan hutan, penggunaan energi dan transportasi, serta pengolahan limbah. Penurunan gas rumah kaca di Indonesia bisa diturunkan hingga 41 persen, bila mendapatkan dukungan dari luar negeri. Kalau ada dukungan dari luar negeri, maka penurunan emisi bisa bertambah 15 persen, sehingga bisa 41 persen penurunannya.
Penting dilakukan upaya pengendalian kebakaran hutan dan lahan, pengelolaan sistem jaringan dan tata air, rehabilitasi hutan dan lahan, pemberantasan pembalakan liar, pencegahan deforestasi dan pemberdayaan masyarakat.
Penggunaan energi ramah lingkungan dan transportasi yang efisien juga bisa membantu mengurangi emisi gas rumah kaca. Kawasan Konservasi Mangrove ini sangat baik untuk membantu penurunan emisi gas rumah kaca, selain merupakan elemen yang paling banyak berperan dalam menyeimbangkan kualitas lingkungan dan menetralisir bahan-bahan
pencemaran.